Loading...

Direktur Pascasarjana UIN Surakarta Bicara tentang Moral dan Kesehatan Gen Z

Diterbitkan pada
24 September 2024 07:00 WIB

Baca

 

PascasarjanaNews- "Dunia digital telah membentuk masyarakat digital dengan beragam perilaku yang khas dan tergantung serta diatur oleh logika teknologi digital. Situasi ini telah menciptakan patologi digital. Dan masyarakat perlu memperoleh terapi yang benar."

Demikian pokok utama yang disampaikan oleh Prof. Dr. Islah Gusmian, M.Ag. dalam Seminar Nasional yang dihelat oleh Program Studi Ilmu Al quran dan Tafsir UIN Salatiga, 11 September 2024. Dalam acara itu, Islah menyampaikan kertas kerja dengan topik  "Membangun Moral dan Kesehatan Gen Z: Perspektif Al quran." 

Lebih jauh Islah yang sekaligus sebagai Direktur Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta, menjelaskan bahwa dunia digital secara nyata telah membentuk manusia digital (homo digitalis); manusia yang eksistensi dan hidupnya ditentukan dengan tindakan digital. 

Di samping ada sejumlah hal positif yang diperoleh, mereka ini juga mudah mengidap patologi digital, seperti hoax, fake news, post truth, adiksi virtual, banalitas, nomophobia, megalomania, dan antisosial. Politik pun ditentukan oleh gerakan digital.

Di tengah kehidupan yang serba digital, hal-hal yang artifisial sering justru diburu. Kedalaman hidup dan cara berpikir sering justru diparkir. Hasrat dan keakuan menjadi acuan. Dan keagamaan seringkali hanya jadi lamisan.

Dalam situasi semacam ini, masing-masing individu sebagai bagian masyarakat digital perlu menyiapkan perangkat penanganan yang taktis dan konseptual berkelanjutan. Agama sebagaimana dikonseptualisasikan dalam Wedhatama menjadi pèpali dalam kerangka nilai universal dadi agèman, ugèman, gènggèman.

Kemudian lebih lanjut Islah menjelaskan tentang langkah terapi akibat virus penyakit digital, yaitu dengan menyadari dan sekaligus taubat dari gangguan psikologis akibat media digital, mencari bantuan para profesional, membatasi penggunaan media digital, meningkatkan kegiatan positif di dunia nyata, patuh pada etika sosial bermedia sosial, membangun keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya, memperkuat diri sebagai subjek dan memanfaatkan media digital, serta mengembangkan ketrampilan sosial dan emosional. (pasca)